SEJARAH BERDIRINYAYAYASAN PONDOK PESANTREN DARUL ARQOM PINGGIRDESA SENGKERANG KECAMATAN PRAYA TIMUR |
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darul Arqom
Desa Sengkerang adalah salah satu desa yang ada di Kabupaten Lombok Tengah. Jarak Desa Sengkerang dengan Kota Praya kurang lebih 15 Km ke arah Barat. Kondisi geografis Desa Sengkerang, sebagian besar wilayahnya merupakan daerah pertanian dan selebihnya merupakan daerah pertokoan dan perdagangan, perkebunan, dan pemukiman penduduk. Sebagian besar penduduk Desa Sengkerang berprofesi sebagai petani, pedagang, dan sebagaian kecil buruh dan pegawai, baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun sebagai karyawan swasta.
Secara geografis, Desa SengkerangKecamatan Sengkerangberbatasan dengan desa-desa lainnya, yaitu;
- Sebelah Barat : Desa Mujur
- Sebelah Timur : Desa Ganti
- Sebelah Utara : Persawahan
- Sebelah Selatan : Desa Landah.[1]
Masyarakat Desa Sengkerang, baik secara langsung maupun tidak langsung telah berperan cukup besar dalam mendukung keberadaan dan keberhasilan pendidikan, terutama sekali pendidikan pesantren. Lajunya perkembangan pendidikan disebabkan oleh dukungan masyarakat sehingga keberadaan pondok pesantren sampai saat ini masih eksis. Adanya interaksi dengan masyarakat sekitar dengan dunia pendidikan pondok pesantren ditandai dengan keharmonisasn jalinan dengan masyarakat dan pondok pesantren di sekiat wilayah Kecamatan Praya Timur.
Desa Sengkerang merupakan salah satu desa di Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Di Desa Sengkerang terdapat beberapa pondok pesantren besar dengan ratusan santri yang sedang menimba ilmu agama (tafaqquh fi addin). Setidaknya 4 pesantren besar yang ada di Desa Sengkerang, yaitu; Pondok Pesantren Hidayatussibyan NW Sengkerang di sebelah Barat dan Pondok Pesantren As-Syafi’iyah NW Penangsak di sebelah Barat, Yayasan Pondok Pesantren Abu Darda’ di sebelah Utara, dan Pesantren Darul Arqom berada di Blok Timur bagian Selatan Desa Sengkerang.
Bila dibandingkan dengan dua pondok pesantren lainnya, Pesantren Darul Arqom merupakan pondok pesantren yang termuda usianya, namun mengalami perkembangan yang sangat drastis, baik dalam hal sarana dan prasarana maupun peningkatan sumber daya manusia.
Keberadaan Pondok Pesantren Darul Arqom cukup dikenal oleh masyarakat sekitar Kecamatan Praya Timur. Masyarakat Desa Sengkerang selalu memberikan dukungannya dan sekaligus berharap agar pondok pesantren ini tetap ada dan selalu eksis serta dapat semakin besar. Komplek Pesantren Darul Arqom berdiri di atas tanah seluas 35 Are. Terletak di Dusun Pinggir Desa Sengkerang dengan Guru Sahabul Khairi sebagai generasi pertama dan sekaligus sebagai pendirinya.
Perkembangan pembangunan Pondok Pesantren Darul Arqom terus berkelanjutan, saat ini lokasi pengembangan lebih dari 10 Are, yang terdiri dari 3 Ruang Kelas Belajar untuk Madrasah Ibtidaiyah, 2 lokal untuk asrama santri, 1 lokal untuk Ruang Belajar santri Raudhatul Athfal, 1 lokal untuk penjaga dan berdiri di tengah-tengah pesantren sebuah mushalla berukuran 10X10 m2.
Keberadaan Pondok Pesantren Darul Arqom sampai saat ini memperlihatkan pengaruh yang sangat positif bagi masyarakat Desa Sengkerang dan sekitranya. Hal ini terlihat dari semakin tingginya tingkat ketaatan masyarakat sekitarnya dalam menjalankan agama Islam, selain itu juga dapat dilihat dari gaya hidup dan perilaku masyarakat di sekitarnya. Ketaatan masyarakat dalam menjalankan ajaran agama Islam seperti shalat, hal ini dapat dibuktikan bahwa hampir di setiap kampung memiliki masjid sebagai tempat peribadatan. Keberadaan masjid tersebut tidak hanya sekedar dijadikan sebagai tempat ibadah shalat semata, melainkan juga sebgai tempat masyarakat melakukan kegiatan pendidikan seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an dan Majelis Taklim pada umumnya. Di sekitar Wilayah Desa Sengkerang tidak terlalu sulit kita menjumpai mushalla atau masjid, dan di mushalla/masjid inilah anak-anak memperoleh pembelajaran dan lain sebagainya.
Selain itu, di mushalla ini pula -anak-anak dan remaja Desa Sengkerang belajar mengaji dan belajar membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid, tilawah dan lain sebagainya. Kegiatan pengajian ini diikuti oleh anak-anak usia SD/MI sampau SLTP/MTs. Selain dijadikan sebgai majelis taklim, masjid atau mushalla juga dijadikan sebagai sarana dakwah bagi para orang tua dan masyarakat pada umumnya. Kegiatan dakwah ini biasanya berisi tentang seputar masalah ibadah mahdah dan ghairu mahdah, dan muamalah, serta hukum-hukum yang berkaitan dengan kebutuhan amalan (wiridan) setiap harinya.[2]
B. Sejarah Beridirinya Pondok Pesantren Darul Arqom
Secara historis, berdirinya Pondok Pesantren Darul Arqom Pinggir Desa Sengkerang Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah Provensi Nusa Tenggara Barat, diawali dengan pembentukan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) pada tahun 1999 dengan nama TPQ Ashabul Khair. Pembentukan TPQ ini bertujuan untuk membina anak usia dini dan muda khusus dalam bidang baca tulis al-Qur’an dan hafalan tingkat dasar (ayat-ayat pendek), hafalan doa-doa dan wirid harian. Pembentukan TPQ ini dihajatkan untuk menampung anak usia dini dan muda khususnya di wilayah Dusun Pinggir. Namun pada perkembangan berikutnya, jumlah santri semakin bertambah sehingga berjumlah 60-an, yang tidak hanya berasal dari dusun setempat, namun ada juga anggota masyarakat dari dusun tetangga yang datang menyerahkan anak-anak mereka untuk mengaji di TPQ Ashabul Khair dengan catatan dipondokkan di rumah keluarga di dusun tempat TPQ Ashabul Khair.
Beberapa tahun kemudian ada inisiatif dari pihak pembina TPQ tepatnya pada bulan Januari tahun 2007 dengan mengundang pihak Penamas Departemen Agama Kabupaten Lombok Tengah untuk meresmikan TPQ dimaksud, yang dihadiri oleh Bapak Kasi Penamas pada saat itu (H.Lalu Kataruddin) yang didampingi oleh beberapa staf KUA dari Kecamatan Praya Timur, yang bertempat di Masjid Darussalam Pinggir Desa Sengkerang Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah.
Pada perkembangan berikutnya, pembina TPQ Ashabul Khair mengundang para wali santri TPQ bersama masyarakat, dengan tujuan; pertama, untuk evaluasi pembelajaran TPQ sekaligus mencari solusi atas kendala-kendala yang dihadapi agar pembinaan para santrinya lebih maksimal, kedua, membentuk majelis taklim untuk kalangan masyarakat setempat.
Selanjutnya, musyawarah tersebut menghasil beberapa solusi; pertama, terkait dengan upaya peningkatan kualitas belajar santri TPQ, kedua, pembentukan majelis taklim dengan kesepakatan nama Majelis Taklim Darun Nadwah dengan jadwal pengajian sekali dalam sebulan setiap tanggal 14 (bulan bersangkutan), ketiga, penentuan penceramah, yaitu TGH. Khaeruddin (Alumni Pesantren Nurul Hakim). Majelis Taklim Darun Nadwah bertempat di sebuah Aula yang berukuran 8 x 5 cm2 sebagai sarana pengajian majelis taklim untuk pengajian dasar-dasar agama Islam bagi masyarakat lingkungan sekitar Dusun Pinggir dan dusun tenagga lainnya.
Pondok Pesantren Darul Arqom Pinggir Desa Sengkerang Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah resminya berdiri pada tahun 2011, walaupun sebenarnya jauh sebelum itu telah lama dirintis oleh Guru Sahabul Khairi pada tahun 1999 M, dimana pada tahun tersebut ia membangun sebuah bangunan kecil dengan ukuran 8 x 5 m2 sekembali dari menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri (1989-1995) dan IAIN Mataram (1995-1999) dengan mengambil Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam. Hal ini dilakukan sebagai bentuk keperduliannya terhadap pendidikan, terutama Pendidikan Agama Islam bagi generasi penerus agama, nusa dan bangsa.
Pada tahun 2013, Guru Sahabul Khairi kembali melanjutkan pendidikannya di Pascasarjana IAIN Mataram dengan tetap memelihara kegiatan yang pernah dirintisnya, yaitu memberikan pengajian pada majelis taklim dan diniyah takmiliyah. Kegiatan majelis taklim ini diikuti oleh masyarakat sekitarnya dengan penuh kesungguhan, karena disamping beliau sendiri yang membimbing masyarakat, juga dengan menghadirkan beberapa Tuan Guru/Kyai di seputar wilayah Lombok untuk mengajarkan masyarakat ilmu agama dengan berbagai cabangnya, seperti fiqh, aqidah, dan tasawuf. Adapun para tuan guru yang seringa dihadirkan di Pondok Pesantren Darul Arqom Praya Timur adalah sebagai berikut;
1. TGH. Safwan Hakim (Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat). Beliau adalah pendiri sekaligus pembina Pondok Pesantren Darul Arqom.
2. TGH. Moh. Sibawaihi Mutawalli (Pimpinan Pondok Pesantren Darul Yatama Wal Masakin Jeruwaru Lombok Timur).
3. TGH. Muharrar Mahfuz (Mudir Tsani Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat).
4. TGH. Khaeruddin (Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Haromain Semoyang Lombok Tengah). Beliau adalah pendiri sekaligus pembina Pondok Pesantren Darul Arqom.
Di samping para tuan guru tersebut di atas, pengajian umum juga sering disampaikan oleh para pembina pesantren, seperti; TGH. Safwan Hakim, TGH. Khaeruddin, Dr. Asrin, M.Pd., Ust. H. Sahibullah, M.Pd., Ust. H. L. Akmalul Hakim, S.Pd.I (khusus untuk remaja), dan Ust. Mukhtar Ahmad. Kepada ustaz yang terakhir namanya disebut ini khusus membina masyarakat melalui kelompok majelis dzikir, dengan mengambil jalan Thariqat Naqsabandiyah,[3] yang rutin dilakukan setiap malam Senin pada setiap minggu yang bersangkutan. Di sela-sela aktifitas majlis taklim dan majelis dzikir tersebut, disi juga dengan halaqoh Barazanji yang dipimpin oleh pengurus pondok pesantren secara bergiliran yaitu; Hamdi, Sahdim, dan Suhaimi.
Melihat respon masyarakat yang semakin luas, terutama dari beberapa orang yang sudah mengikuti pengajian halaqoh, akhirnya Guru Sahabul Khairi terdorong untuk mendirikan asrama-asrama kecil (kerbung: bahasa Sasak) di samping muhalla sebagai tempat tinggal para santri yang belajar ilmu agama pada saat ini, dengan satu harapan secara bertahap dan pasti akhirnya asrama kecil itupun berubah seperti pondok pesantren yang sudah maju.
Di Pondok Pesantren Darul Arqom inilah Guru Sahabul Khairi mengajarkan berbagai macam ilmu agama, terutama tata cara baca al-Qur’an (tajwid), dasar-dasar agama Islam (tauhid), dan kitab-kitab dasar (kutubul mu’tabaroh). Para santri yang dibimbing oleh Guru Sahabul Khairi pada saat ini kebanyakan berasal dari masyarakat sekitar Desa Sengkerang, khususnya berasal dari Dusun Pinggir I, Dusun Pinggir II, Dusun Telok, Dusun Pesaut, dan Dusun Pemondah.
Secara bertahap santri yang belajar di Pondok Pesantren Darul Arqom ada yang berasal dari luar Desa Sengkerang. Merupakan sebuah tradisi di kalangan para santri, bahwa para santri tidak hanya belajar pada satu guru saja, namun pada waktu yang lainnya para santri juga mengikuti pengajian pada para guru lainnya, mereka mengaji para beberapa guru pada saat itu, seperti Ust. Sahrim, S.Pd.I. (alumni UNW Mataram) dan Ust. Zaenuddin, QH. (Alumni Ma’had Pancor).
Guru Sahabul Khairi dengan sejumlah tuan guru dan ustaz yang ada memberikan pengajian pada majelis taklim[4] dan diniyah takmiliyah sesuai dengan waktu dan materi yang telah ditetapkan. Adapun waktu yang telah ditetapkan sebagai berikut;
1) Pagi : Pukul 06.00 – 08.00 Wita
2) Selesai sholat Ashar : Pukul 16.00 – 17.30 Wita
3) Selesai shalat Magrib : Pukul 19.00 – 20.00 Wita
4) Selesai shalat Isya’ : Pukul 20.00 – 21.30 Wita.[5]
Seperti kebanyakan pesantren lainnya, corak pendidikan di Pondok Pesantren Darul Arqom, untuk Madrasah Diniyah Takmiliyah mempergunakan sistem pendidikan klasikal yang dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu; Ula, Wustho, dan Ulya. Sedangkan untuk mejelis taklim, majelis dzikir dan pengajian umum tetap menggunakan sistim halaqoh. Sedangkan jenis metode pembelajaran yang digunakan adalah metode bandongan, sorogan, hafalan, atau halaqoh. Sistem pendidikan inilah yang cukup lama berjalan di Pondok Pesantren Darul Arqom dan ini diprakarsai oleh Guru Sahabul Khairi yang sekaligus sebgai pendiri Yayasan Pondok Pesantren Darul Arqom. Khusus untuk merintis sistem pendidikan dengan sistem halaqoh, sesuai dengan pengalamannya sewaktu mengikuti pembelajaran (nyantri) di Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat selama 6 (enam) tahun.[6]
Sistem halaqoh merupakan sistem pendidikan tradisional di mana seorang tuan guru (kyai) atau ustaz duduk bersama dengan para jamaah yaitu dengan cara duduk bersila, dalam istilah Lombok disebut dengan “ngaji tokol” atau “ngaji duah” yaitu belajar dengan duduk bersila yang diselenggarakan bukan dengan sistem klasikal (madrasi).[7]
Pengalaman sewaktu belajar di Pondok Pesantren Nurul Hakim, beliau kembangkan dan ajarkan kepada santri-santri. Sedangkan menurut data yang peneliti peroleh sekitar kurang lebih 69 orang santri yang cukup efektif mengikuti pendidikan yang beliau selenggarakan. Dari 69 orang santri tersebut, tercatat sebagai generasi pertama yang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Darul Arqom Pinggir Desa Sengkerang Kecamatan Praya Timur di bawah bimbingan Guru Sahabul Khairi.[8]
Seiring dengan perjalanan waktu, Pondok Pesantren Darul Arqom terus mengalami perkembangan. Di bawah kepemimpinan Guru Sahabul Khairi, Pondok Pesantren Darul Arqom tidak hanya mampu eksis, lebih dari itu, pesantren ini mampu berkembang serta keberadaannya diperhitungkan oleh pesantren-pesantren lain di wilayah sekitarnya.
Berdasarkan hasil observasi[9] serta wawancara dengan Sahdim (Ta’mir Madrasah) dapat diketahui bahwa Pondok Pesantren Darul Arqom Pinggir Desa Sengkerang Kecamatan Praya Timur merupakan salah satu pesantren yang perkembangannya sangat pesat, baik dalam peningkatan mutu para santri, peningkatan kualitas para guru (asatiz), maupun peningkatan sarana dan prasarana.
Perkembangan Pondok Pesantren Darul Arqom dapat terlihat dari kemampuan para santri menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi keseharian di Pondok Pesantren Darul Arqom. Potensi tersebut tak bisa terpisahkan dari kegigihan para ustaz pada saat ini, yaitu; Ust. Fathurrahman, S.Pd.I. (alumni Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri), Ust. Syamsul Hadi (alumni Ma’had Khalid bin Walid Mataram), Ustazah Sri Nory Astoni (alumni Ma’had Khalid bin Walid Mataram), dan Ust. Zaenuddin, QH (alumni Ma’had NW Pancor) yang sejak kehadiran beliau berempat di Pondok Pesantren Darul Arqom sudah siap menghibahkan diri dan ilmunya untuk perjuangan dakwah Islam di Pondok Pesantren Darul Arqom.
Indikator lain dari perkembangan Pondok Pesantren Darul Arqom dapat dilihat pada jumlah santri setiap tahun semakin bertambah yang menuntut ilmu dan semakin meningkatnya kualitas santri. Selian itu, dapat juga dilihat pada semakin beragamnya lembaga pendidikan formal maupun nonformal yang disiapkan oleh Bapak Sahabul Khairi selaku pimpinan pondok pesantren.
Perkembangan lembaga pendidikan formal di Pondok Pesantren Darul Arqom, seperti; Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (sedang direncanakan), Madrasah Aliyah (akan direncanakan). Sedangkan pendidikan nonformal dapat dilihat pada Madrasah Diniyah Takmiliyah (untuk semua jenjang pendidikan bagi santri), majelis taklim, majelis dzikir, dan lembaga kursus lainnya, seperti kursus bahasa Inggris, menjahit, peternakan, pertanian, dan pertukangan.[10]
Demikian juga dengan lahan yang pada awal berdirinya Pondok Pondok Pesantren Darul Arqom tidak lebih dari 0,5 are, yang khusus diperuntukkan sebagai bangunan 3 lokal Ruang Kelas Belajar Madrasah Ibtidaiyah dan asrama santri, bertambah menjadi lebih dari 12 are, yang tidak saja dimanfaatkan sebagai bangunan asrama, tetapi juga untuk pembangunan masjid/mushalla, bahkan sebagian diperuntukkan sebagai lahan perkandangn bagi para pengurus yayasan dan sebagian lainnya diperuntukkan sebagai lahan pertanian. Berdasarkan data terakhir, Pondok Pesantren Darul Arqom saat ini sudah berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 35 Are.[11]
Perkembangan Pondok Pesantren Darul Arqom Pinggir Desa Sengkerang Kecamatan Praya Timur, selain karena kemampuannya dalam memanaj pondok pesantrendan merangkul stakeholder yang ada di sekeliling pesantren, juga semakin kuatnya pengaruh dan kepercayaan (trust) yang diberikan kepada Guru Sahabul Khairi, juga tidak terlepas dari kejujuran, amanah, semangat hidup sederhana, serta perilaku etis relegius yang ditunjukan oleh Guru Sahabul Khairi dalam mengelola dan mengembangkan Pesantren Darul Arqom .[12]
C. Perkembangan Pondok Pesantren Darul Arqom
Perkembangan sebuah pondok pesantren sangat ditentukan oleh sosok tuan guru (kyai) yang menjadi pimpinannya. Dengan posisinya yang strategis seorang kyai, menurut Muhammad Rofangi, kekuatan dasar dari sebuah pondok pesantren terletak pada pigur seseorang secara subyektif. Oleh karena itu, ketika seorang kyai sanggup menciptakan pola tertentu dari sebuah pesantren secara dinamis supaya institusi pondok pesantren itu tidak hanya akan hidup, bahkan terus berkembang dengan kapasitas kyai sebagai founding father-nya, pengelola dan unsur penentu mutu output dari proses belajar mengajar yang ada di pondok pesantren.[13]
Begitu juga halnya dengan Pondok Pesantren Darul Arqom Pinggir Sengkerang Kecamatan Praya Timur, secara bertahap dan pasti terus mengalami perkembangannya di bawah pimpinan Guru Sahabul Khairi. Perkembangan Pondok Pesantren Darul Arqom sangat nampak pada sektor inprastruktur, dimana semakin meningkatnya kualitas sumber daya yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Darul Arqom, baik kualitas para pengelola, profesionalisme tenaga pendidik, jenis lembaga pendidikan, maupun kualitas santri.
1. Bidang Kelembagaan
Sebagaimana layaknya pondok pesantren, Pondok Pesantren Darul Arqom Praya Timur juga mengelola beberapa lembaga, baik formal maupun non formal. Adapun lembaga-lembaga formal yang dikelola adalah:
a) Raudhatul Athfal (RA)
Pada tanggal 10 Juni 2011, dengan pertimbangan kebutuhan dan permintaan masyarakat, pengurus yayasan bermusyawarah dengan beberapa tokoh masyarakat setempat guna mendirikan sebuah lembaga pendidikan formal yaitu Raudhatul Athfal (RA) guna menampung para santri TPQ yang berusia berkisar 2-6 tahun. Akhirnya, rapat tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan RA dengan nama RA. Darun Nadwah. Berselang satu tahun kemudian, RA. Darun Nadwah mendapatkan legalitas operasionalnya dari pihak Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah, dengan Izin Operasional Nomor: Kd.19.02/4-c/PP.00/322/2012 dan Nomor Statistik Madrasah 101252020267. RA. Darun Nadwah tahun pertama (2012) dapat menamatkan santrinya 3 orang dan melanjutkan pendidikannya ke SDN yang terdapat di dusun tetangga (Telok).
b) Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Pada tanggal 6 Juni 2013, kami bersama pengurus yayasan guna membahas tentang rencana pendirian Madrasah Tsanawiyah (MTs), musyawarah tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan Madrasah Tsanawiyah, sekaligus langsung membentuk Panitia Penerimaan Santri Baru (PSB). Beberapa minggu berikutnya pengurus yayasan mengundang masyarakat guna memusyawarahkan hasil upaya Panitia PSB selama tiga minggu, dan kenyataan Allah berkehendak lain, bahwa pada saat itu panitia hanya memperoleh 9 orang santri yang siap sebagai santri perdana Madrasah Tsanawiyah. Namun, setelah dikonsultasikan dengan pihak Pokjawas Kabupaten Lombok Tengah (H. Sahibullah, M.Pd.), beliau menyarankan agar yayasan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Setelah hasil konsultasi tersebut disampaikankan kepada seluruh masyarakat melalui rapat, akhirnya masyarakat menyetujui atas pendirian Madrasah Ibtidaiyah.
Pada saat ini, yayasan hampir tidak mengalami kesulitan sedikitpun karena yang akan dijadikan santri MI pada saat itu adalah santri RA yang menamatkan belajarnya sejumlah 17 orang dan ditambah 5 orang santri yang berasal dari luar RA yayasan, sehingga santri perdana Madrasah Ibtidaiyah pada saat itu berjumlah 22 orang santri.
Satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 14 Maret 2014, legalitas Madrasah Ibtidaiyah diberikan oleh pihak Kementerian Agama dengan Izin Operasional Nomor: 19.02/4-c/PP.00/322/2014 dan Nomor Statistik Madrasah:111252020285. Artinya, hingga saat ini Yayasan Pesantren Darul Arqom telah mengelola 2 jenjang lembaga pendidikan formal, yaitu; Raudhatul Athfal (RA) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Sedangkan lembaga-lembaga non formal yang dikelola oleh Pondok Pesantren Darul Arqom Praya Timur adalah:
a) Madrasah Diniyah Takmiliyah
Madrasah Diniyah Takmiliyah ini dimulai tahun 2012, guna menampung anak-anak usia sekolah (SD/MI, SLTP/MTs, dan SLTA/MA) yang berada di seputaran Kecamatan Praya Timur pada umumnya dan anak-anak yang berada di sekitar wilayah Desa Sengkerang pada khususnya.
Upaya tersebut dilakukan karena melihat kondisi pondok pesantren yang berada di Kecamatan Praya Timur tidak semuanya mengkader santri pada halaqoh diniyah. Dengan pertimbangan kebutuhan dan permintaan masyarakat, pengurus yayasan bermusyawarah dengan beberapa tokoh masyarakat setempat guna mendirikan Madrasah Diniyah Takmiliyah. Akhirnya, rapat tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan Madrasah Diniyah dengan nama Diniyah Takmiliyah Darul Arqom. Berselang Enam bulan kemudian, Madrasah Diniyah Takmiliyah Darul Arqom diresmikan pada tanggal 11 Maret 2013 dengan mendapatkan legalitas operasionalnya dari pihak Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah, Nomor Statistik Madrasah 221152020268.
Madrasah Diniyah Takmiliyah Darul Arqom memiliki jumlah siswa terakhir dengan jumlah 69 santri yang berasal dari dusun-dusun tetangga madrasah, seperti Dusun Pinggir I, Dusun Pinggir II, Dusun Pesaut, Dusun Pemondah, dan Dusun Telok. Madrasah Diniyah Takmiliyah Darul Arqom dibina oleh para asatiz yang berasal dari seputaran Kecamatan Praya Timur, seperti; Guru Sahabul Khairi (Pimpinan Ponpes), Ust. Zaenuddin, QH. Dan Ust. Samsul Hadi (Dusun Pinggir I), Ust. Wirman, QH.SPd.I. (Dusun Telok), Ust. Fathurrahman, S.Pd.I. (Desa Sengkerang), Ust. Lukman Hakim, S.Pd.I. (Dusun Balen Gagak), Ust. Rianto, S.Pd.I. (Desa Landah), Ust. Muhamad Zubair, S.Pd.I. (Desa Mujur), Ust. Mahyun, S.Pd.I. (Dusun Gawah Malang), Ustazah Sufiani, Ustazah Sri Nori Astoni, dan Ustazah Ilmiati (Dusun Pinggir I).
Adapun kitab-kitab yang menjadi mata aji pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Darul Arqom adalah; Ta’limul Muta’allim, Fiqhul Wadheh, Mabadiul Awaliyah, Akhlaqulil Banin, Hadits Arba’in, Matan Jurumiyah, Jawahirul Kalamiyah Syarah Dahlan, Tajwid, Tilawatil Qur’an, Fahmil Qur’an, Tahfiz Al-Qur’an, dan Bahasa Arab, dengan susunan jadwal sebagai berikut;
NO
|
N A M A
|
PENDIDIKAN
|
JABATAN
|
1
|
Zaenudin, qh
|
Ma’had Aly
|
1.Mabadiul Awaliyah
2.Jawahir Kalamiyah
|
2
|
Sahabul Khairi, S.Ag.
|
S.1 Pend. Agama Islam
|
1.Akhlaqulil Banin
2.Taklimul Muta’allim
|
3
|
Muhamad Zubair, S.Pd.I
|
S.1 Pend. Agama Islam
|
1. Tilawahtil Qur’an
2. Fahmil Qur’an
|
4
|
Mahyun, S.Pd.I
|
S.1 Pend. Agama Islam
|
1. Hadits Arbain
|
5
|
Fathurrahman, S.Pd.I
|
S.1 Bahasa Arab
|
1. Bahasa Arab
|
6
|
Lukman Hakim, S.Pd.I
|
S.1 Pend. Agama Islam
|
1. Fiqhul Wadheh
|
7
|
Rianto, S.Pd.I
|
S.1 Pend. Agama Islam
|
1. Tahfiz Al-Qur’an
2. Tajwid
|
8
|
Wirman, qh. S.Pd.I
|
S.1 Pend. Agama Islam
|
1. Matan Jurumiyah
|
9
|
Sufiani / Sri Nory Astoni
|
D.III Bahasa Arab
|
1. Syarah Dahlan
2. Bahasa Arab
|
10
|
Ilmiati
|
SLTA
|
Pengelola TPQ
|
b) Majelis Taklim
Majelis Taklim ini bernama Majelis Taklim Darun Nadwah yang mulai dirintis sejak tahun 2011, guna memberikan pendidikan dan pencerahan kepada masyarakat sekitar pesantren dan penduduk dusun tetangga yang berada di seputaran wilayah Desa Sengkerang Kecamatan Praya Timur. Dengan pertimbangan kebutuhan dan permintaan masyarakat, pengurus yayasan bermusyawarah dengan beberapa tokoh masyarakat setempat guna mendirikan Majelis Taklim. Majelis Taklim ini sudah mendapatkan legalitas operasionalnya dari pihak Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah, Nomor Statistik Madrasah 431252020227
c) Majelis Dzikir
Majelis Dzikir ini bernama Majelis Dzikir Tariqat Naqsabandiyah dengan mursyid Ust. Mukhtar Ahmad (beliau adalah murid dari Almagfurullah TGH. Abhar Ali Kopang). Majelis Dzikir Tariqat Naqsabandiyah ini sudah berjalan sejak awal tahun 2013. Di Majelis Dzikir inilah masyarakat ditempa dengan ilmu tauhid yang sesungguhnya. Bila dilihat dari mazhab tasawuf, Majelis Dzikir Tariqat Naqsabandiyah bermazhab Tasawuf Amali yang mengambil bentuk thoriqoh dengan wiridan-wiridan tertentu sesuai dengan ketentuan dari seorang mursyid dengan silsilah rantai yang menyambung dari mursyid sah sebelumnya.
Khusus untuk Majelis Dzikir Tariqat Naqsabandiyah ini jamaahnya sebagian besar dari pengurus yayasan dan masyarakat setempat. Akan tetapi, anggota jamaahnya sangat tidak terbatas, itu dapat dibuktikan dengan adanya jamaah yang datang dari luar Desa Sengkerang, seperti Desa Kidang, Desa Landah, dan desa-desa lainnya.
2. Bidang Sarana Prasarana
Asal muasal pendirian gedung Madrasah Ibtidaiyah adalah diawali dengan musyawarah bersama wali santri TPQ, wali santri Raudhatul Athfal (RA) bersama beberapa tokoh masyarakat yang bertempat di Rumah Guru Sahabul Khairi (Pimpinan Ponpes). Berdasarkan muyswarah tersebut menghasilkan kesepakatan bersama para wali santri kurang lebih 60 orang untuk sama-sama mengawali pembangunan tersebut dengan mengeluarkan setengah truk pasir yang dikeluarkan dalam bentuk uang sejumlah Rp. 225.000,-.
Dengan persiapan dana seadanya tersebut pengurus yayasan memberanikan diri untuk menyampaikan hajatan bersama masyarakat tersebut untuk disampaikan kepada salah seorang Tuan Guru Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat yaitu TGH. Safwan Hakim, dan beliau adalah guru dari Sahabul Khairi saat nyantri di Pondok Pesantren kurang lebih 6 tahun (1989-1995) untuk menyelesaikan pendidikan dari jenjang Madrasah Tsanawiyah sampai Madrasah Aliyah.
Berdasarkan hasil musyawarah bersama TGH. Safwan Hakim tersebut, akhirnya dengan beberapa pertimbangan beliau merekomendasikan untuk didirikannya lembaga pendidikan di tingkat yayasan. Namun, saran dari TGH. Safwan Hakim pada saat itu yang tidak boleh dilupakan oleh kami, termasuk generasi penerus berikutnya adalah pesan beliau yang mengatakan bahwa madrasah tidak boleh dipisahkan dengan halaqoh dan majlis taklim, karena halaqoh dan majelis taklim inilah yang menjadi ruh dari sebuah pesantren yaitu melalui kajian kitab-kitab dasar karangan ulama’ salaf (kitab kuning).
Sebutan lain dari kitab kuning adalah al-Turats. At-Turats sebagai landasan keilmuan pesantren hendaknya menjadi bingkai dalam merumuskan Islam pesantren dalam konteks kekinian. Dengan kata lain, kontekstualisasi nilai-nilai tradisi menjadi keniscayaan untuk dibumikan dalam realitas pendidikan pesantren.[14]
Menurut Azyumardi Azra, kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan yang berbahasa Arab, Melayu, atau Jawa, atau bahasa-bahasa lokal lainnya di Indonesia yang ditulis dengan menggunakan aksara Arab yang tidak hanya ditulis oleh ulama’-ulama’ abad petengahan di Timur Tengah, akan tetapi juga ditulis oleh ulama’-ulama’ Indonesia sendiri.[15]
Sedangkan tujuan utama dari pengajian kitab kuning adalah untuk mendidik calon-calon ulama. Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab klasik, terutama kalangan ulama’ yang menganut faham imam Syafi’i, merupakan satu-satunya pengajaran yang diberikan dalam lingkungan pondok pesantren. Sekarang meskipun kebanyakan pondok pesantren telah memasukkan ilmu umum, namun pengajaran kitab kuning (at-turats) tetap diajarkankan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama lembaga pendidikan tersebut yaitu, mendidik calon-calon ulama’ yang setia kepada faham Islam tradisional.
Pada perkembangan selanjutnya, seorang ketua yayasan yang berbasic pesantren dan beralmamaterkan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, menghubungi beberapa orang yang dimulai dari keluarga terdekat dengan mengumpulkan saudara-saudaranya untuk bermusyawarah, dari hasil musyawarah tersebut bersama 8 orang saudara perempuannya menghasilkan kesepakatan untuk mengeluarkan pasir sama-sama satu truk, karena pada prinsipnya perjuangan itu harus dimulai dari diri sendiri, kemudian dilanjutkan kepada keluarga terdekat, kemudian diteruskan kepada umat yang lain (Ibda’ binafsik tsumma ta’ul: al-Hadits).
Langkah selanjtnya, kami menghubungi beberapa sahabat yang dekat maupun yang jauh, termasuk sahabat-sahabat se-alumni Pondok Pesantren Nurul Hakim dan teman-teman se-almamater IAIN Mataram dengan menawarkan untuk berjariyah bersama-sama sesuai dengan qadar kemampuan masing-masing, dan Alhamdulillah kami selalu diberikan jalan yang mudah oleh Allah SWT untuk melanjutkan pelaksanaan pembangunan tersebut.
Untuk merelisasikan impian yang selama ini, kami kembali bersilaturrahmi kepada Almukarrom TGH. Safwan Hakim untuk meminta restu dan kesempatan beliau untuk meletakkan batu pertama gedung madrasah, dan pada saat itu Bapak TGH. Safwan Hakim mengambil jadwal peletakan batu pertama tersebut pada tanggal 1 Muharram 1433 H, karena beliau harus berangkat ke Tanah Suci Makkah untuk menunaikan Ibadah Haji. Pada saat itu, pengurus yayasan juga mengundang Gubenur Nusa Tenggara Barat Bapak Dr. KH. Zainul Majdi, MA. (Tuan Guru Bajang) namun dengan beberapa pertimbangan beliau tidak menghadiri acara peletakan batu pertama tersebut.
Sementara Bapak TGH. Safwan Hakim kembali dari Tanah Suci Makkah, kami bersama masyarakat mengerjakan bagunan kecil berukuran 8X5 cm yang terbuat dari pagar, bambu, dan beratapkan asbes (sumbangan dari Bapak Asnan Ganti). Bangunan ini dihajatkan sebagai gedung pertama Yayasan Pesantren Darul Arqom, yang memiliki fungsi utama pada saat itu adalah sebagai balai pertemuan pihak yayasan dengan masyarakat sekitar.
D. Peningkatan Mutu Pendidikan Pondok Pesantren
Dalam meningkatkan mutu pendidikan di Pondok Pesantren Darul Arqom, Guru Sahabul Khairi mendorong para santri untuk pengembangan berbahasa, baik bahasa Arab maupun bahasa Inggris. Sasaran yang diharapkan dari pengembangan bahasa Arab, antara lain;
1) Menumbuhkan kecintaan para santri terhadap bahasa al-Qur’an dan as-Sunnah.
2) Menumbuhkan kemampuan berbahasa Arab dalam percakapan sehari-hari sebagai bahasa komunikasi dan bahasa tulis.
3) Meningkatkan kemampuan para santri untuk mengusai bahasa Arab dan gramatikalnya agar mampu menggali pengetahuan Islam lewat sumber aslinya, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits serta kitab-kita klasik lainnya.
Dalam meningkatkan mutu tersebut, Guru Sahabul Khairi dan para ustadz mengambil langkah-langkah antara lain; (a) mengadakan studi banding ke beberapa pondok pesantren lain yang dianggap berhasil dalam pengembangan bahasa dan kitab-kitab klasik dan dipadukan dengan kurikulum Pendidikan Nasional (Diknas). Salah satu pondok pesantren yang dianggap telah berhasil dalam pengembangan bahasa ialah Pondok Pesantren Nurul Hakim. Kurikulum yang digunakan oleh Pondok Pesantren Darul Arqom sebagian besar diadopsi dari Pondok Pesantren Nurul Hakim sejak tahun 2011. Dengan langkah ini tentunya diharapkan agar para santri memiliki kemampuan dalam menalaah kitab-kitab klasik dan kemampuan berbahasa yang hidup baik syafawi maupun tertulis.
Para santri yang memiliki potensi dikirim ke berbagai lembaga pendidikan yang berkualitas tinggi dalam pengembangan pendidikan Islam, seperti; Lembaga Pengembangan Bahasa Arab (Ma’had Khalid bin Walid Mataram). Sejak tahun 2013 Pondok Pesantren Darul Arqom telah mengirim santri terbaiknya ke Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat. Selain itu, Pondok Pesantren Darul Arqom juga mengirim santrinya ke Pondok Pesantren Abu Darda’ Praya Timur yang dipimpin oleh TG. Dr. H. Nurul Mukhlisin Asyrafuddin, Lc. MA., dengan harapan nantinya setelah kembali dari pesantren tersebut dapat menerapkan pola/sistem pembinaan yang telah didapatkan selama nyantri di pondok pesantren tersebut.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan di Pondok Pesantren Darul Arqom, pihak yayasan mengirim beberapa tenaga pengajarnya untuk menuntut ilmu ke Ma’had Khalid bin Walid di Mataram, Ma’had Darul Qur’an wal Hadits di Pancor, Ma’had Darul Hikmah Nurul Hakim dan IAIN Mataram, termasuk Guru Sahabul Khairi (Pimpinan Ponpes) saat ini sedang melanjutkan pendidikannya di Pascasarjana IAIN Mataran dengan mengambil Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Pondok Pesantren Darul Arqom juga melakukan pembaharuan pada sistem pengajaran dan menerapkan sistem pembelajaran terpadu antara kurikulum Kementerian Agama dengan Kurikulum Pendidikan Nasional (Diknas), dan kurikulum pondok pesantren. Di samping itu, modifikasi juga dilakukan pada materi pondok pesantren dengan jalan penentuan kitab kajian yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan, kemudian mengadakan sistem evaluasi dalam bentuk ujian kitab.
Kaitannya dengan kualitas mutu pendidikan, Pondok Pesantren Darul Arqom diarahkan menjadi pondok pesantren modern. Modernitas Pondok Pesantren Darul Arqom dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain; (1) pola pemikiran dan pandangan terhadap dunia, (2) pola pengelolaan atau manajemen lembaganya,(3) pola hubungan asatiz (kyai)-santri dalam kehidupan sehari-hari, (4) kebudayaan dan tradisi yang dibangun dan dipraktekkan sehari-hari, serta (5) fasilitas sarana dan prasarana yang melengkapi kegiatan pesantren.
Keberadaan mutu suatu lembaga pendidikan adalah paduan sifat-sifat layanan yang diberikan yang menyamai atau melebihi harapan serta kepuasan pelanggannya, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Jika tujuan mutu adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan, maka hal yang harus diperjelas adalah kebutuhan dan keinginan pelanggan.[16]
Menurut Goetsch and Davis yang dikutip oleh Marzuki Mahmud mengatakan bahwa “Quality is a dynamic state ossociated with products, services, people, processes, and environments that meets or exceeds expectations”. Selanjutnya Ikezawa ahli manajemen mutu dari Jepang mendefinisikan mutu sebagai “(1) quality and customer satisfaction are the same thing; and (2) quality is a broad concept that goes beyond just product quality to also include the quality of people, processes, and every other aspect of the organization”. [17] Mutu berkenaan dengan harapan dan pelanggan, mutu juga diterapkan pada hasil, layanan, orang, proses dan lingkungan. Mutu bukan sesuatu yang statis, tetapi berubah, berkembang dinamis. Mutu adalah sesuatu yang dinamis mengikuti dinamika pelanggan dan lingkungan.
Berdasarkan konsep-konsep tersebut dapat dipahami bahwa mutu memegang peranan kunci dalam berproduksi dan memberikan jasa, dan sangat menentukan keberhasilan dan keberlanjutan pendidikan. Mutu berkenaan dengan produk dan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan dapat memuskan pelanggan dan sesuai dengan perkembangan lingkungan. Artinya, sebuah lembaga, termasuk pondok pesantren harus mampu mengadakan inovasi-inovasi pendidikan sehingga dapat menjamin kualitas mutu pendidikan yang diselenggarakannya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Fuad Said. Hakikat Tarikat Naqsabandiyah. Jakarta: Al-Husna Zikra, 1999.
A’la, Abd. Pembaharuan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006.
Azra, Azyumardi. Kitab Kuning: Tradisi dan Epistimologi Keilmuan Islam di Indonesia dalam Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Kalimah, 2001.
Mahmud, Marzuki. Manajemen Mutu Perguruan Tinggi (Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Muhammad Rofangi. Pendidikan dan Tradisi Pesantren, Relegiusitas Iptek. Jakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Profil Pondok Pesantren Darul Arqom Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah, 2014/2015.
Sallis, Edward. Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu Pendidikan Yogyakarta: IRCioD, 2008.
[1] Observasi, tanggal 02 Februari 2015
[2] Observasi, tanggal 03 Februari 2015
[3] Lihat, A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsabandiyah (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1999), 47-63.
[4] Jadwal Pengajian Mingguan dilakukan setiap malam Senin, Pengajian Bulanan dilakukan pada setiap tanggal 14 bulan yang bersangkutan, dan Pengajian Tahunan dilakukan setiap Hari Besar Islam dan Menjelang Puasa Romadanl
[5] Profil Pondok Pesantren Darul Arqom Praya Timur, dikutip tanggal 05 Februari 2015.
[6] Profil Pondok Pesantren Darul Arqom Praya Timur, dikutip tanggal 05 Februari 2015.
[7] Sahdim, Wawancara, di Mushalla Darul Arqom, tanggal 04 Februari 2015.
[8] Profil Yaysan Pesantren Darul Arqom, dikutip tanggal 03 Februari 2015.
[9] Observasi, tanggal 02 Februari 2015.
[10] Dokumen Yayasan Pondok Pesantren Darul Arqom Praya Timur, 2014, 9.
[11] Profil Pondok Pesantren Darul Arqom Praya Timur, dikutip tanggal 05 Februari 2015.
[12] Rauhun (Kadus Pinggir), Wawancara, tanggal 03 Februari 2015.
[13] Muhammad Rofangi, Pendidikan dan Tradisi Pesantren, Relegiusitas Iptek (Jakarta: Pstaka Pelajar, 1998), 171.
[14] Abd A’la, Pembaharuan Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006), 23.
[15] Lihat, Azyumardi Azra, Kitab Kuning: Tradisi dan Epistimologi Keilmuan Islam di Indonesia dalam Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta: Kalimah, 2001), 111.
[16] Edward Sallis, Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu Pendidikan (Yogyakarta: IRCioD, 2008), 67.
[17] Marzuki Mahmud, Manajemen Mutu Perguruan Tinggi (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 3.
0 Response to "SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN DARUL ARQOM PINGGIR DESA SENGKERANG KECAMATAN PRAYA TIMUR"
Posting Komentar